Selasa, 24 Januari 2012

Melepasmu


Chapter 2

Masa liburan berakhir dan mereka harus memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dunia perkuliahan!!! Annisa, Peter, dan Anjani,,, takdir memang mengikat mereka dalam satu cerita. Mereka berada dalam satu kelas yang sama dan yang merasa bersyukur dengan takdir itu hanya Annisa. Sistem perkuliahan yang mereka jalani berbeda dengan sistem yang ada. Mereka akan mendapat perkuliahan umum sampai nanti setahun berikutnya mereka baru akan menentukan jurusan yang mereka pilih.
“ Aku duduk di sini?” Peter muncul saat Annisa dan Anjani sedang asyik mengobrol. Mereka menoleh, keduanya bagai malaikat dan iblis di mata Peter. Semua tahu siapa yang jadi malaikat di mata lelaki itu!
Annisa,,,
“ Tentu,,, duduklah!” Annisa mempersilahkan dan Peter langsung duduk di bangku kosong tepat di depan Anjani.
“ Kau di sampingku?” tanya Peter menoleh ke Annisa yang duduk di samping Anjani. Pertanyaan itu membuat Anjani kesal, anak lelaki yang duduk di sebelahnya ini benar-benar ingin merebut sepupunya darinya.
“ Aku,,,”
“ Kau tahu aku sulit beradaptasi dengan orang baru,,,” ucap Peter menjelaskan “,,, Maka belajarlah mulai dari sekarang!” potong Anjani.
“ Annisa,,,”
APA?????
Hal yang paling Anjani benci dari Peter adalah ketika anak lelaki menyebalkan itu tidak menggubrisnya sama sekali. Anjani benar-benar merasa tidak dihargai,,,
“ Em,,, kau akan baik-baik saja Peter,,, aku selalu di sini, bersamamu,,,” Annisa berusaha menolak dengan lembut. “ Entahlah,,, aku tidak merasa yakin, lagipula Anjani jauh lebih pintar dalam penyeuaian diri dengan orang baru,,,”
“ Baiklah,,,” Anjani mulai muak dengan adegan menjijikan antara kedua sahabat itu. “ Duduklah bersamanya Annisa,,, akan banyak teman yang bersedia duduk denganku dibanding dengannya,,,” ujap Anjani dengan kesal.
“ Kau benar-benar memahamiku,,, terima kasih,,,” ucap Peter.
“ Anggap kau berhutang budi” sahut Anajani ketus.
“ Kalian selalu memaksaku untuk memilih,,,”
“ Kali ini tidak, duduklah dengan dia,,, jangan sampai dia merengek dan mempermalukan kita” ujar Anjani dan Peter hanya menjawab dingin “ Ya, akan kulakukan jika terpaksa,,,”
“ Stop it! Aku akan pidah di sampingmu Peter,,,”
“ Ya, itu yang terbaik,,,” ucap Anjani
“ Sorry,,,” gumam Annisa saat menarik tas dan berpindah di sisi Peter. Anjani tersenyum mencoba menerima. Yang terbaik untuk masalah ini adalah mengalah!
“ Maaf Anjani,,,” ucap Peter tanpa memandang ke arah Anjani.
“ Pecundang,,,” umpat Anjani sembari berlalu pergi meninggalkan kelas.
“ Kemana?” tanya Annisa
“ Perpustakaan,,,”
Annisa menolah ke arah Peter kesal,,, “ Maaf,,,” ucap Peter lembut. “ Kau membuatnnya marah, again!” jelas Annisa. Peter hanya mengangkat bahu “ Aku ingin menjadi temannya seperti yang kau mau. Tapi, itu tidak mudah,,, sulit untuk kami saling memahami,,,”
“ Aku berusaha,,,” Peter berusaha meyakinkan kesungguhan hatinya. Dia tidak berbohong! Dia juga ingin bisa berteman dengan Anjani,,, tapi mereka selalu terbentur perpedaan prinsip.
“ Yeah,,, aku percaya itu,,,”
(^__^)
Peter berjalan penuh semangat untuk mencari Annisa, ada yang ingin dia tunjukkan pada gadis itu. Setelah menyusuri lorong kampus dan memasuki perpustakaan dia menemukan yang dicarinya sedang duduk manis membaca buku.
“ Annisa,,,” panggil Peter berbisik saat sampai dihadapan gadis itu. Annisa menoleh, tersenyum begitu manis ketika menyadari Peter yang yang ada di hadapannya. Anjani turut menurunkan buku, menatap sinis ke arah Peter yang tidak menoleh sama sekali ke arahnya.
“ He,,,” guman Annisa
“ Bisa ikut denganku sebentar?” ucap Peter terlihat gugup.
“ Kemana?” Annisa ingin tahu
“ Ikutlah dan kau akan tahu,,,” ujar Peter, dia iingin memberi sesuatu kepada Annisa tapi tidak di sini. Tidak di depan Anjani,,
Menyabalkan sekali,,, Anjani bosan dengan tingkah bodoh mereka. Semua itu membuatnya muak, dia harus segera pergi dari tempat itu.
“ Duduklah!” Anjani angkat bicara dan mereka menoleh tapi Anjani hanya menatap Peter, “ Duduklah,,, aku sudah akan pergi,,,” Anjani beranjak pergi begitu saja.
Annisa ingin memanggil tapi karena diperpustakaan dia tidak mungkin berteriak. Lagi pula ada Peter di hadapannya,,, lelaki itu selalu bisa membuatnya lupa segalanya.
“ Maaf mengganggumu,,,” Peter duduk disampingnya
“ Tidak pernah,,, ada apa?” Annisa benar-benar ingin tahu.
“ Aku,,,” Peter menggantung perkataannya sambil merogoh saku kantongnya dan beberapa detik berlalu Annisa  menemukan liontin berbentuk bintang berbingkai hati dan bintangnya dapat berputar-putar.
“ Untukmu,,,,” ucap Peter
“ Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba memberiku ini?”
“ Sebagai pengganti saat aku tidak bersamamu,,, bntang ini akan menerangimu ketika kegelapan melingkupimu,,, maukah kaumenerimanya?” Annisa memandang Peter terharu, tersanjung hingga matanya berair. Liontin itu indah sekali dan sesuai untuk kalungnya yang tak berliontin.
“ Aku suka,,,” Annisa langsung reflek mengecup pipi Peter dan itu membuat Peter sangat bahagia. “ Terima kasih,,,”ucap Annisa dan mereka saling tersenyum sedang Anjani yang belum meninggalkan perpustakaan mengamati mereka dengan muak. Entah kenapa dia kesal dengan yang dilihatnya, mungkin karena,,,
JEALOUS,,,????
(^__^)
Cemburu??? Ya, Anjani memang cemburu dengan perhatian Peter kepada Annisa. Sepupunya itu sangat beruntung karena ada seseorang yang memperhatikannya. Orang tua yang sangat menyayangi Annisa tidak membuat Anjani cemburu kerana kedua orang tua Annisa juga menyayanginya seperti anak sendiri, tapi seorang sahabat yang selalu ada untuk Annisa dan dia tidak punya,,, dia cemburu karena itu!
“ Anjani,,, kau sedang apa?” Eliza muncul di beranda belakang saat Anjani sedang sibuk menulis. Anjani menoleh lalu tersenyum “ Bibi sudah pulang??” tanyanya sambil tersenyum manis.
Eliza mengangguk sembari melangkah dan duduk di samping Anjani “ Kenapa sendiri? Annisa dimana?”
“ Dia sedang pergi bersama Peter,,,”
“ Kemana? Kau tidak ikut?”
“ Nonton,,, dan aku tidak ikut, tidak mendapat undangan,,,” jawab Anjani santai. Eliza ingin tahu alasanya yang sebenarnya, apakah anaknya meninggalkan keponakannya sendirian. Daia merasa kasihan pada anak di hadapannya ini,,, selalu tumbuh dalam kesendirian hanya ditemani pelayan dan orang tua yang disibukkan dengan bisnis mereka tanpa memikirkan perasaannya. “ Dia tidak mengajakmu??”
“ Annisa?” tanya Anjani menoleh ke arah bibinya dan bibinya mengangguk, “ Tentu saja dia mengajakku,,, hanya saja dia pergi bersama Peter dan kami tidak begitu cocok,,,” jelas Anjani, dia tidak ingin bibinya mengira Annisa yang meninggalkannya karena jika sampai bibinya sampai berfikir begitu,,,.
Habislah Annisa kena omel!
“ Peter??? Ada apa dengan Peter? Bukannya dia anak yang baik,,,?”
“ Tentu,,, dia memang baik, hanya saja,,, kami tidak merasa cocok! Dia tidak pernah menghiraukanku dan sepertinya dia tidak ingin berteman denganku,,,”
“ Oh sayang,,,”
Eliza membelai rambut Anjani lembut dan Anjani suka itu, rasanya menenangkan seperti inikah kasih sayang seorang ibu? Seperti inikah rasanya?? Anjani benar-benar bersyukur karena orangtuanya mengizinkan dia pindah .
“ Peter memang sulit beradaptasi dengan teman baru tapi dia anak yang baik,,, mungkin kau hanya perlu berusaha lebih keras dan bersabar, dia akan menerimamu,,, dulu dia juga sangat dinging kepada Annisa tapi lihatlah sekarang?mereka menjadi teman baik,,,” ujar Eliza lembut dan penuh kehangatan.
“ Terima kasih bibi,,,” Anjani langsung memeluk bibinya.
“ Iya sayang,,,” Eliza membalas pelukan itu.
(^__^)
Anjani melangkah menaiki tangga membawa sebuah buku yang ingin dibacanya. Dia masuk ke dalam kamar di loteng, tempat itu berdebu sama seperti saat dia terakhir datang. Sepertinya kamar itu dulu pernah dipakai karena di sana ada sebuah ranjang kecil,,, Anjani tersenyum. Saat itu karena sedang marah dia tidak memperhatikan, kamar itu terlihat lebih nyaman sekarang.
“ Tempat ini menyenangkan,,,” Anjani tersenyum sendiri sambil berjalan untuk duduk di sisi jendela kaca. “ Nyaman untuk membaca dan menulis,,,” Anjani mulai membuka buku di tangannya dan larut dalam setiap kata yang tertulis di novel romence berjudul pride&prejudice. Anjani bisa merasakan kenyamanan sampai dia terusik gambar orang berlarian di taman belakang.
Dia melongo ke luar jendela untuk mencari tahu,,,
“ Mereka sudah pulang,,,” ucap Anjani tak bersemangat dan hanya mengamati sampai saat Petr menoleh ke arahnya dia langsung menarik diri.
“ Kenapa dia menoleh? Jangan sampai dia tahu,,,” ucapnya berbisik seolah takut Peter dapat mendengar padahal meski dia bicara lantang Peter atau Annisa tidak akan mendengr.
“ Tidak,,, dia tidk mungkin tahu,,,”
Anjani kembali menoleh untuk mengintip dan Peter sudah kembali asyik dengan Annisa. Anjani tersenyu lega,,,
“ Bocah aneh itu,,, mana mungkin dia melihatku,,,”
(^__^)
Malam terasa dingin ketika tetes air hujan mulai menyirami bumi. Berbanding terbalik dengan kehangatan yang terasa di ruang makan. Anjani tak henti-henti tersenyum mensyukuri kebahagiaannya,,, meski tidak bersama orang tuanya sendiri, tapi orang tua Annisa lebih memperlakukannya sebagai seorang anak dibanding oarang tuanya sendiri.
“ Bagaimana Anjani?? Kau juga menikmati sekolah barumu,,,” tanya Hendry menoleh ke arah Anjani. Anjani tersenyum “ Tidak jauh berbeda dari Annisa,,, di sana menyenangkan,,,”
“ Syukurlah,,,” sahut Hendry
“ Annisa,,, kau harus menjaga adik sepupumu ini ya,,,” Eliza berpesan pada anknya. Annisa mengangguk “ Iya Bunda,,, Annisa bakal jadi kakak yang baik untuknya,,, iya kan gadis kecil,,,” Annisa menoleh ke arah Anjani untuk menggoda.
“ Hei,,, usia kita hanya terpaut beberapa bulan,,,” Anjani tidak terima
“ Tetap saja aku lebih tua, lagi pula aku kakak sepupumu,,,”
“ Tapi jangang menyebutku gadis kecil,,, itu tidak adil”
Annisa tersenyum senang membuat Anjani kesal “ Baiklah,,, asal kau bersikap manis!” sahutnya. Hendry dan Eliza tertawa ringan dengan tingkah kedua anaknya itu. “ Anjani, kalau kau membutuhkan apa-apa,,,jangan ragu untuk meminta,,,” ujar Eliza.
“ Sejujurnya,,, aku ingin pindah kamar,,,” ucap Anjani ragu.
“ Kenapa?” Annisa angkat suara terlebih dahulu.
“ Kamarnya membuatmu tidak nyaman?” tanya Eliza khawatir. Anjani menggeleng “ Bukan karena itu,,, kamar itu sangat nyaman, lebih dari baik bibi,,,” jelas Anjani, dia tidak ingin menyakiti hati Eliza,,, bukan karena ketidaknyamanan lantas dia ingin pindah. Hanya saja,,,
“ Lalu,,,”
Eliza ingin tahu alasannya,,,
“ Aku ingin kamar di loteng,,,” ucap Anjani ragu-ragu.
“ Kau ingin kamar itu?” Hendry angkat bicara.
“ Iya paman,,,” Anjani mengangguk
“ Kenapa?” Annisa penasaran. Anjani menoleh pada Annisa “ Entahlah,,, di sana menyenangkan, lagipula di sana sepi,,, tenang saat aku membaca,,,” jelas Anjani.
“ Kau benar ingin tinggal di sana?” Hendry memastikan. Anjani ganti menoleh kepada pamannya “ Boleh kan paman,,,?”. Hendry terlihat berfikir sejenak lalu dia memberi keputuan “ Baiklah,,, besok paman akan suruh pelayan untuk membersihkannya untukmu,,,”
“ Tidak perlu paman,,, kalau boleh Anjani tidak ingin merepotkan,,,”
“ Tidak merepotkan,,, lagipula itu tugas mereka,,,”
“ Iya Honey,,,” Eliza menambahkan
“ Bolehkah Anjani membereskan kamar itu sendiri,,, bukan karena apa-apa tapi Anjani ingin,,,”. Hendry kembali berfikir sejenak, mencoba menimbang apa jawaban yang akan dia berikan. “ Baiklah,,,tapi kau harus bilang jika memerlukan bantuan,,,”
“ Terima kasih paman,,,”
“ Kau bisa mengandalkan kakakmu ini,,,,” sahut Annisa.
“ Itu pasti,,,”
(^__^)
Ketika istirahat suasana kelas menjadi ramai meski hanya dihuni sebagian siswa. Annisa baru saja masuk bersama Peter dan duduk di tempat mereka. Di bangku belakang ada Elang, teman sebangku Anjani,,,
“ Kau menyukai sepupuku?”
Annisa menangkap basah Elang sedang memandangi Anjani yang asyik mengobrol dengan seorang teman di depan pintu kelas. “ Ha,,,?” Elang mengalihkan perhatian dari Anjani.
“ Dia sangat cantik,,,” puji Elang jujur.
“ Lebih dari itu,,, dia mempesona” ralat Annisa begitu yakin.
“ Yeah,,,” Elang setuju.
“ Just diffirent,,, do not mean that special,,,” tambah Peter datar mengusik Elang menoleh ke arahnya. “ Really??? Bagimu Anjani biasa saja,,, jantungmu tidak berdegup kencang ketika menatapnya?” Elang penasaran. Peter ragu harus menjawab apa, lalu dia hanya menggeleng,,,
“ Lier!” celetuk Eleng kesal
“ Semua cowok tidak mungkin tidak merasakan itu,,, apalagi saat melihat bibir mereh itu,,, kau tidak ingin merasakannya???”
“ Tidak,,,” jawab Peter pelan
“ Jaga bicaramu tentang sepupuku” Annisa mengingatkan. Eleng menoleh ke arah Annisa “ I’am sorry,,, aku hanya mengungkapkan kekagumanku” ujarnya.
“ Dan kau Peter,,, benarkah kau tidak menginginkannya??”
“ Ada gadis lain yang menarik perhatianku,,,,” jawab Peter berusaha terlihat meyakinkan. Diam-diam dalam hati Annisa mengucap syukur,,, pipinya bersemu merah tanpa dia sadari.
“ Kau keberatan aku tidak sependapat denganmu?” tanya Peter kesal dan Elang tersenyum “ No,,, aku berterima kasih untuk itu,,,” Elang bergegas pergi menghampiri Anjani, baginya Peter adalah ganjalan namun setelah mendengar jawaban lelaki itu Elang yakin untuk mendekati Anjani.
“ Siapa gadis itu?” tanya Annisa menggoda.
“ Apa?” Peter langsung berpaling ke arah Annisa setelah sibuk memandang sinis ke arah Anjani dan Elang. Annisa tersenyum “ Aku ingin tahu siapa gadis itu?” ulangnya. Pipi Peter bersemu ketika tersenyum
“ Kau tahu siapa dia,,,”
Annisa bersumpah, senyum itu akan membuatnya tidak bisa tidur semalaman.
(^__^)
Peter berjalan menggenggam tangan Annisa meninggalkan kelas. Mereka sedang kasmaran dan di belakangnya Anjani mengikuti dengan kedua tangan dilipat di dada. Muak menyaksikan sejoli di hadapannya itu.
“ Mau mampir ke tempatku?” tanya Peter lembut.
“ Oh, maaf,,, aku sudah berjanji membantu Anjani membereskan kamar barunya” jelas Annisa. “ Anjani,,, kamar baru?” Peter memastikan dan Annisa mengangguk. “ Dia menginginkan kamar di loteng,,, bekas kakakku,,,” jelas Annisa.
“ Bolehkah aku membantu?” tawar Peter.
“ Tidak!”
Jawab Anjani tegas berjalan mendahului mereka.” Aku tidak akan mengganggu,,,” jelas Peter namun bukan kepada Anjani melainkan kepada Annisa. “ TIDAK!!” sahut Anjani.
“ Anjani,,,” panggil Annisa lembut, Anjani tahu kalau sepupunya itu memohon. Anjani kesal,,, dia tidak ingin mengecewakan spupunya itu. Dia berbalik dengan kesal. “ Hanya jika dia tidak bertingkah menyebalkan,,,” ucapnya mengingatkan lalu dia melangkah lebih cepat meninggalkan Peter yang tersenyum senang menatap Annisa.

Mereka sudah sampai di rumah dalam setengah jam dan mulai sibuk menata ruangan, untunglah Hendry sudah menyuruh beberapa orang untuk memasang kertas dinding dan menata perabotan sehingga anak-anak itu tinggal merapikan barang-barang pribadi Anjani serta mengatur kembali letak perabotan kamar. Meski bukan pekerjaan yang berat tetap saja sampai sore menjelang, pekerjaan mereka baru selesai. Anjani dan Annisa menjatuhkan tubuh mereka di ranjang sedangkan Peter terduduk di sofa malas.
“ Melelahkan juga ya,,,” celetuk Annisa
“ Barangnya terlalu banyak,,, bahkan untuk kamar yang sempit ini,,,” sindir Peter dan Anjani melirik sebal ke arahnya. “ Aku tidak memintamu untuk membantu, ingat kau yang menawarkan diri!!” balas Anjani mengingatkan.
“ Yeah,,, hanya tidak mengira akan melelahkan seperti ini,,,”
“ Kau boleh pergi kapan saja!” sahut Anjani ketus
“ Bisakah sedetik saja kalian tidak bertingkah menyebalkan?” Annisa angkat bicara. “ Maaf,,,” sahut Peter. “ Memang seharusnya kau meminta maaf,,,” Anjani menyahut dengan ketus membuat Peter semakin kesal, dia tadi tidak berniat buruk dengan ucapannya namun Anjani menanggapinya dengan begitu sinis.
“ Sebaikanya aku pergi,,,” Peter merih tasnya dan bergegas pergi dan Annisa langsung menatap Anjani kesal namun Anjani memasang wajah tidak perduli. Annisa bergegas mengejar Peter hingga berhenti di depan mobil Peter.
“ Maafkan dia,,,” ucap Annisa
“ Yeah,,, untukmu, tapi dia benar-benar menyebalkan” sahut Peter lalu hampir masuk ke mobil saat Annisa menarik tangannya. “ Dia ingin minta maaf,,,” ucap Annisa dan Peter memandangnya tidak percaya “,,, dia juga ingin berterimakasih!”
“ What???”
“ Ya,,, Dia mengajak kita nonton, tomorrow evening,,,”
“ Aku tidak yakin itu ide yang bagus,,,”
“ Come on,,,” pinta Annisa dan sejenak Peter berfikir “ Demi kau,,,” ucapnya memberi keputusan. Annisa tersenyum bahagia mendengar jawaban itu.
“ May now be,,,”
“ Go home??” sahut Annisa dan dia mengangguk.
“ Ya,,, hati-hati di jalan,,,” pesan Annisa dan hatinya rasanya dia melayang saat tiba-tiba Peter mengecup kepalanya dengan penuh perasaan. Dia tidak percaya ini terjadi,,,
(^__^)
Peter mengenali gadis yang sedang berdiri membelakanginya itu, dengan yambut ikal terurai, jeket dengan bahan jins yang sama dengan rok mini yang dikenakan serta sepasang sepatu kest yang merupakan ciri khas gadis itu. Bagaimana Peter bisa lupa, kemarai dia baru saja ikut membereskan sepatu itu bersama sepatu-sepatu yang lain. Ya,,, itu Anjani! Tapi dimana Annisa??
“ Kau sendiri?” Peter berdiri mensejajari Anjani yang langsung menoleh, “Kau juga??” gadis itu balik bertanya dengan santainya, “ Dimana gadismu?” tanyanya lagi dengan bahasa tidak sopan. “ Benarkan kalimatmu,,, kau harus menghormati sepupumu!” Peter mengingatkan.
“ Dimana kekasimu??” ulang Anjani kesal
“ Dia belum menjadi kekasihku,,, dan kupikir dia bersamamu” sahut Peter kembali meralat. “ Sudahlah,,, toh kau menginginkannya,,, dan dia tidak bersamaku!” Anjani menjawab dengan kesal, tangannya mencari ponsel di dalam tas dan segera setelah dia menemukannya dia langsung menghubungi Annisa.
“ Kau dimana?”
“ Aku ingin kalian berbaikan,,, dan kurasa kalian perlu bicara,,,” jelas Annisa lembut. “ Are you crazy??” sahut Anjani kesal.
“ Please,,, do this for me,,,” pinta Annisa.
“ Dia tidak akan mau,,,”
“ Katakan aku terlambat,,, karanglah cerita,,,”
“ Kau ini,,,”
“ Bersenang-senanglah,,,”
Dan Annisa menutup telephonenya, “ Dia tidak datang,,,” Anjani tidak mau merbohong, apalagi kepada Peter. Ini tidak akan memberinya keuntungan apapun! “ Kau bercanda? Dia tidak pernah membatalkan janji begitu saja,,,” Peter tidak percaya.
“ Dia ingin kita berbaikan,,, dan ya, sepupuku yang gila itu merancang semua ini,,, dia tidak pernah berniat datang,,,”, Peter tidak percaya Annsa melakukan ini, dia mencari ponsel dan langsung menghubungi Annisa namun beberapa kali dia mencoba dia tidak mendapatkan jawaban.
“ Without result,,, dia tidak akan mengangkatnya!”
“ Baiklah! Kita pulang,,,” putus Peter.
“ What??? Begitu saja?”
“ Kau ingin tetap nonton? Aku ingin pulang” jawab Peter datar. “ Tidak,,, aku sudah membeli tiket dan kau akan menemaniku,,,” putusnya. Peter tak habis pikir, gadis itu memaksanya sementara mereka tahu mereka tidak pernah cocok dan semua ini akan sia-sia “ Kau tidak berhak memaksaku,,,”.
“ Aku bisa,,, jika kau pulang aku akan mendekati kedua brandalan itu,,,” arah pandangan Peter mengikuti pndangan Anjani dan di sana dia melihat dua lelaki dengan dandanan awut-awutan itu memandang Anjani seolah ingin menikmatinya. Brandalan,,,, begitu Anjani menyebutnya! Tato dan pearching menghiasi tubuhnya, “,,, dan jika terjadi sesuatu kepadaku, Annisa tidak akan memaafkanmu!”
“ Kau tidak memberikanku pilihan”
“ Yeah,,, ada pilihan! Menjadi anak manis atau tidak punya belas kasih”
“ Bagaimana bila kuganti uang tiketnya,,,”
“ Tidak ada negoisasi,,,”
(^__^)
Tidak ada pilihan lain, Peter tidak mau Annisa membencinya seumur hidup karena kegilaan sepupunya itu. Dia menemani Anjani dan itu bukanlah keputusan yang tepat tapiharus dia pilih,,,
“ Kau ingin orang-orang menganggap kita sepasang kekasih  yang sedang bertengkar?” tanya Anjani ketus saat Peter tidak duduk di sampingnya melainkan satu kursi setelahnya.
“ Perduli apa pada mereka, lagipula ini juga kursi yang kau pesan,,,” jawabnya enteng.
“ Aku perduli!”
“ Kemarilah kalau begitu,,,”
“ Bersikaplah manis kepadaku seperti kepada Annisa,,,” pinta Anjani sembari berpindah tempat duduk di samping Peter. “ Aku berusaha,,,” sahut Peter santai.
“ Really? I can’t trust,,,” Anjani sibuk menyamankan posisi duduknya, “ Itu terserah padamu,,,” bisik Peter ke telinga Anjani. Anjani ingin menjawab namun waktunya habis karena film sudah dimulai.
“ Mereka gila??” bisik Peter setelah satu jam film diputar dan Anjani mencoba tidak perduli. Setelah satu jam Peter tidak memanusiakan dia dan bersikap masa bodoh setiap Anjani mengajaknya cerita.
“ Anjani,,,lihatlah mereka” pinta Peter
“ Apa yang mereka lakukan???”
“ Anjani,,,”
“ He,,,” Peter langsung menarik wajah Anjani untuk menghadapnya, mereka saling menatap dan Peter bisa menyadari bahwa hidung mereka hampir bersentuhan. Semua kata yang sudah disusunnya untuk mencaci Anjani entah menguap kemana. Tiba-tiba dia tidak bisa mengeja satu katapun.
“ Apa?”
Peter tahu Anjani membentaknya meski hanya terucap sebuah bisikan yang sangat pelan disertai mata melotot.
“ Mereka,,,” Peter buru-buru menurunkan tangannya dari wajah Anjani dan menoleh ke arah dua orang di sampingnya. Hanya sesaat lalu dia menoleh ke arah Anjani. “ Kau tidak bisa melihat, mereka berciuman,,,” jelas Anjani santai lalu kembali menonton film.
“ Mereka membuatku tidak nyaman,,,” ungkap Peter “,,, bisakah kita pergi?” ini pertama kalinya Peter melihat orang berciuman di bioskop, biasanya ketika menonton bersama Annisa dia tidak menemukan yang seperti ini. Mungkin karena film yang mereka tonton. Biasanya dia menonton film bergendre remaja,,,
“ Aku ingin tahu akhir ceritanya,,,”
“ Besok aku akan menemanimu lagi untuk menyakisakan akhir ceritanya asalkan kita segera pergi,,,”
“ No,,,”
“ I will go,,,”
“ Don’t doting,,, you make me cross,,,” Anjani menoleh ke arah Peter kesal, kesabarannya benar-benar diuji. Peter sangat menjengkelkan setiap bersamanya. Anjani menatapnya tajam dan moment itu berlangsung beberap detik sampai Peter berhasil menemukan kata-kata yang tepat.
“ I don’t care,,,”
Peter segera berdiri, dia benar-benar ingin pergi,,, mendengar suara sepasang kekasih itu membuat telinganya sakit. Dengan cepat Anjani menarik pergelangan tangan Peter sehingga lelaki itu kembali duduk di kursinya dan saat dia hampir marah Anjani sudah menarik kepalanya mendekat. Yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya,,, gadis itu langsung mencium bibirnya penuh amarah, dia memaksa bibir Peter untuk terbuka dan melayaninya. Peter bisa merasakan kayu manis dari bibir gadis itu. Anjani menuntunnya dengan beitu baik,,, Peter berani bertaruh ini bukan pertama kalinya gadis itu berciuman. Dia sudah sangat pintar,,,,
Tanpa sadar Peter menikmatinya, mereka saling menguasai! Saling menikmati bibir satu sama lain. Tangan Peter mulai meraih wajah Anjani dan dengan semangat  mengulum lidahnya di mulut Anjani. Suara lenguhan pelan keluar dari mulutnya di sela-sela ciuman saat gadis dihadapannya itu mengelus dadanya. Rasanya dia mencapai puncak kenikmatan.
Dua orang di sampingnya kini terkejut dan memperhatikan mereka lalu mereka berbisik-bisik. Ciuman itu membuat Peter melupakan segala hal bahkan Annisa! Sampai tiba-tiba Anjani mengejutkannya dengan gigitan di bibir bawahnya. Peter reflek menarik diri lalu menatap Anjani dengan pandangan ‘apa yang baru kita lakukan?’
Anjani tidak perduli dengan apa yang terjadi,,, dia tidak ingin memberi jawaban apapun kepada Peter dan memilih beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Peter masih terdiam dalam ketololan,,,
(^__^)
Malam merangkak menuju keheningan, Anjani tidak bisa memejamkan matanya, otaknya masih dipenuhi amarah kepada Peter. Kenapa lelaki itu bertingkah menyebalkan hingga dia harus memberinya pelajaran. Anjani tidak minta banyak, dia hanya ingin diperlakukan dengan baik!
“ Anjani,,, kau sudah tidur” bisik sebuah suara setelah pintu kamarnya terbuka. Anjani tahu itu sepupunya.
“ Kemarilah,,,” jawab Anjani. Setelah perlahan menutup pintu Annisa melangkah dan naik ke atas ranjang langsung berbaring di samping Anjani.
“ Kukira kau belum pulang,,,” ucapnya pelan
“ Tenang saja, Peter tidak tahan bersamaku lama-lama,,,”
“ Bagaimana tadi?” tanya Annisa lalu dia menguap, dia terlihat sangat mengantuk dan memaksakan diri untuk segera mendapat cerita “ Dia bersikap baik,,,,”
“ Menyebalkan seperti biasanya,,,”
“ Maaf,,,” senyu Annisa pudar mendengar jawaban Anjani. Anjani tersenyum “ Jangan khawatir,,, I save the situation,,,” jelas Anjani namun dalam hati dia meneruskan ‘dengan membungkam mulutnya menggunakan bibirku,,,’
“ Really?”
Annisa kembali menguap, “ Ceritakan padaku,,,” pintanya seperti anak kecil.
“ Bamaimana kalau besok?”
“ I thirsted for know,,,”
“ But, of those take hours and you must sleep,,,”
“ Come on,,, aku bisa tahan,,,” tapi Annisa kembali menguap.
“ Aku tidak yakin,,,”
“ Jangan membuatku tidak bisa tidur!” pinta Annisa.
“ Baiklah kalau kau memaksa,,,”
Anajani mulai bercerita dari awal dia datang, bagaimana mereka saling tidak suka satu sama lain. Sangat menyebalkannya Peter, setiap perdebatan mereka bahkan ketika mereka melihat sepasang kekasih berciuman dan tanpa Anjani sadari Annisa sudah terlelap dal mimpinya.
“ Kau sudah tidur?” gumannya pelan dan saat menoleh sepupunya benar-benar sudah nyenyak. “ And I’am sorry First cousin,,, aku menciumnya,,,” bisik Anjani begiru pelan seolah takut akan membangunkan Annisa.
(^__^)

1 komentar:

  1. A Beginner's Guide to the Baccarat game | FEBCASINO
    Baccarat, 카지노 also called the 메리트카지노 three-card poker, is one of the most popular card games in North America, and the most popular game in Asia. The game 바카라 사이트

    BalasHapus