Chapter 2
Masa liburan berakhir dan mereka harus
memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dunia perkuliahan!!! Annisa, Peter,
dan Anjani,,, takdir memang mengikat mereka dalam satu cerita. Mereka berada
dalam satu kelas yang sama dan yang merasa bersyukur dengan takdir itu hanya
Annisa. Sistem perkuliahan yang mereka jalani berbeda dengan sistem yang ada.
Mereka akan mendapat perkuliahan umum sampai nanti setahun berikutnya mereka
baru akan menentukan jurusan yang mereka pilih.
“ Aku duduk di sini?” Peter muncul saat
Annisa dan Anjani sedang asyik mengobrol. Mereka menoleh, keduanya bagai
malaikat dan iblis di mata Peter. Semua tahu siapa yang jadi malaikat di mata
lelaki itu!
Annisa,,,
“ Tentu,,, duduklah!” Annisa
mempersilahkan dan Peter langsung duduk di bangku kosong tepat di depan Anjani.
“ Kau di sampingku?” tanya Peter
menoleh ke Annisa yang duduk di samping Anjani. Pertanyaan itu membuat Anjani
kesal, anak lelaki yang duduk di sebelahnya ini benar-benar ingin merebut
sepupunya darinya.
“ Aku,,,”
“ Kau tahu aku sulit beradaptasi dengan
orang baru,,,” ucap Peter menjelaskan “,,, Maka belajarlah mulai dari
sekarang!” potong Anjani.
“ Annisa,,,”
APA?????
Hal yang paling Anjani benci dari Peter
adalah ketika anak lelaki menyebalkan itu tidak menggubrisnya sama sekali.
Anjani benar-benar merasa tidak dihargai,,,
“ Em,,, kau akan baik-baik saja
Peter,,, aku selalu di sini, bersamamu,,,” Annisa berusaha menolak dengan
lembut. “ Entahlah,,, aku tidak merasa yakin, lagipula Anjani jauh lebih pintar
dalam penyeuaian diri dengan orang baru,,,”
“ Baiklah,,,” Anjani mulai muak dengan
adegan menjijikan antara kedua sahabat itu. “ Duduklah bersamanya Annisa,,,
akan banyak teman yang bersedia duduk denganku dibanding dengannya,,,” ujap
Anjani dengan kesal.
“ Kau benar-benar memahamiku,,, terima
kasih,,,” ucap Peter.
“ Anggap kau berhutang budi” sahut
Anajani ketus.
“ Kalian selalu memaksaku untuk
memilih,,,”
“ Kali ini tidak, duduklah dengan
dia,,, jangan sampai dia merengek dan mempermalukan kita” ujar Anjani dan Peter
hanya menjawab dingin “ Ya, akan kulakukan jika terpaksa,,,”
“ Stop it! Aku akan pidah di sampingmu
Peter,,,”
“ Ya, itu yang terbaik,,,” ucap Anjani
“ Sorry,,,” gumam Annisa saat menarik
tas dan berpindah di sisi Peter. Anjani tersenyum mencoba menerima. Yang
terbaik untuk masalah ini adalah mengalah!
“ Maaf Anjani,,,” ucap Peter tanpa
memandang ke arah Anjani.
“ Pecundang,,,” umpat Anjani sembari
berlalu pergi meninggalkan kelas.
“ Kemana?” tanya Annisa
“ Perpustakaan,,,”
Annisa menolah ke arah Peter kesal,,, “
Maaf,,,” ucap Peter lembut. “ Kau membuatnnya marah, again!” jelas Annisa.
Peter hanya mengangkat bahu “ Aku ingin menjadi temannya seperti yang kau mau.
Tapi, itu tidak mudah,,, sulit untuk kami saling memahami,,,”
“ Aku berusaha,,,” Peter berusaha
meyakinkan kesungguhan hatinya. Dia tidak berbohong! Dia juga ingin bisa
berteman dengan Anjani,,, tapi mereka selalu terbentur perpedaan prinsip.
“ Yeah,,, aku percaya itu,,,”
(^__^)
Peter berjalan penuh semangat untuk mencari Annisa, ada yang ingin
dia tunjukkan pada gadis itu. Setelah menyusuri lorong kampus dan memasuki
perpustakaan dia menemukan yang dicarinya sedang duduk manis membaca buku.
“ Annisa,,,” panggil Peter berbisik
saat sampai dihadapan gadis itu. Annisa menoleh, tersenyum begitu manis ketika
menyadari Peter yang yang ada di hadapannya. Anjani turut menurunkan buku,
menatap sinis ke arah Peter yang tidak menoleh sama sekali ke arahnya.
“ He,,,” guman Annisa
“ Bisa ikut denganku sebentar?” ucap
Peter terlihat gugup.
“ Kemana?” Annisa ingin tahu
“ Ikutlah dan kau akan tahu,,,” ujar
Peter, dia iingin memberi sesuatu kepada Annisa tapi tidak di sini. Tidak di
depan Anjani,,
Menyabalkan sekali,,, Anjani bosan
dengan tingkah bodoh mereka. Semua itu membuatnya muak, dia harus segera pergi
dari tempat itu.
“ Duduklah!” Anjani angkat bicara dan
mereka menoleh tapi Anjani hanya menatap Peter, “ Duduklah,,, aku sudah akan
pergi,,,” Anjani beranjak pergi begitu saja.
Annisa ingin memanggil tapi karena
diperpustakaan dia tidak mungkin berteriak. Lagi pula ada Peter di
hadapannya,,, lelaki itu selalu bisa membuatnya lupa segalanya.
“ Maaf mengganggumu,,,” Peter duduk
disampingnya
“ Tidak pernah,,, ada apa?” Annisa
benar-benar ingin tahu.
“ Aku,,,” Peter menggantung
perkataannya sambil merogoh saku kantongnya dan beberapa detik berlalu
Annisa menemukan liontin berbentuk bintang
berbingkai hati dan bintangnya dapat berputar-putar.
“ Untukmu,,,,” ucap Peter
“ Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba
memberiku ini?”
“ Sebagai pengganti saat aku tidak
bersamamu,,, bntang ini akan menerangimu ketika kegelapan melingkupimu,,,
maukah kaumenerimanya?” Annisa memandang Peter terharu, tersanjung hingga
matanya berair. Liontin itu indah sekali dan sesuai untuk kalungnya yang tak
berliontin.
“ Aku suka,,,” Annisa langsung reflek
mengecup pipi Peter dan itu membuat Peter sangat bahagia. “ Terima
kasih,,,”ucap Annisa dan mereka saling tersenyum sedang Anjani yang belum
meninggalkan perpustakaan mengamati mereka dengan muak. Entah kenapa dia kesal
dengan yang dilihatnya, mungkin karena,,,
JEALOUS,,,????
(^__^)
Cemburu??? Ya, Anjani memang cemburu dengan perhatian Peter kepada
Annisa. Sepupunya itu sangat beruntung karena ada seseorang yang
memperhatikannya. Orang tua yang sangat menyayangi Annisa tidak membuat Anjani
cemburu kerana kedua orang tua Annisa juga menyayanginya seperti anak sendiri,
tapi seorang sahabat yang selalu ada untuk Annisa dan dia tidak punya,,, dia
cemburu karena itu!
“ Anjani,,, kau sedang apa?” Eliza
muncul di beranda belakang saat Anjani sedang sibuk menulis. Anjani menoleh
lalu tersenyum “ Bibi sudah pulang??” tanyanya sambil tersenyum manis.
Eliza mengangguk sembari melangkah dan
duduk di samping Anjani “ Kenapa sendiri? Annisa dimana?”
“ Dia sedang pergi bersama Peter,,,”
“ Kemana? Kau tidak ikut?”
“ Nonton,,, dan aku tidak ikut, tidak
mendapat undangan,,,” jawab Anjani santai. Eliza ingin tahu alasanya yang sebenarnya,
apakah anaknya meninggalkan keponakannya sendirian. Daia merasa kasihan pada
anak di hadapannya ini,,, selalu tumbuh dalam kesendirian hanya ditemani
pelayan dan orang tua yang disibukkan dengan bisnis mereka tanpa memikirkan
perasaannya. “ Dia tidak mengajakmu??”
“ Annisa?” tanya Anjani menoleh ke arah
bibinya dan bibinya mengangguk, “ Tentu saja dia mengajakku,,, hanya saja dia
pergi bersama Peter dan kami tidak begitu cocok,,,” jelas Anjani, dia tidak
ingin bibinya mengira Annisa yang meninggalkannya karena jika sampai bibinya
sampai berfikir begitu,,,.
Habislah Annisa kena omel!
“ Peter??? Ada apa dengan Peter?
Bukannya dia anak yang baik,,,?”
“ Tentu,,, dia memang baik, hanya
saja,,, kami tidak merasa cocok! Dia tidak pernah menghiraukanku dan sepertinya
dia tidak ingin berteman denganku,,,”
“ Oh sayang,,,”
Eliza membelai rambut Anjani lembut dan
Anjani suka itu, rasanya menenangkan seperti inikah kasih sayang seorang ibu?
Seperti inikah rasanya?? Anjani benar-benar bersyukur karena orangtuanya
mengizinkan dia pindah .
“ Peter memang sulit beradaptasi dengan
teman baru tapi dia anak yang baik,,, mungkin kau hanya perlu berusaha lebih
keras dan bersabar, dia akan menerimamu,,, dulu dia juga sangat dinging kepada
Annisa tapi lihatlah sekarang?mereka menjadi teman baik,,,” ujar Eliza lembut
dan penuh kehangatan.
“ Terima kasih bibi,,,” Anjani langsung
memeluk bibinya.
“ Iya sayang,,,” Eliza membalas pelukan
itu.
(^__^)
Anjani melangkah menaiki tangga membawa sebuah buku yang ingin
dibacanya. Dia masuk ke dalam kamar di loteng, tempat itu berdebu sama seperti
saat dia terakhir datang. Sepertinya kamar itu dulu pernah dipakai karena di
sana ada sebuah ranjang kecil,,, Anjani tersenyum. Saat itu karena sedang marah
dia tidak memperhatikan, kamar itu terlihat lebih nyaman sekarang.
“ Tempat ini menyenangkan,,,” Anjani
tersenyum sendiri sambil berjalan untuk duduk di sisi jendela kaca. “ Nyaman
untuk membaca dan menulis,,,” Anjani mulai membuka buku di tangannya dan larut
dalam setiap kata yang tertulis di novel romence berjudul pride&prejudice.
Anjani bisa merasakan kenyamanan sampai dia terusik gambar orang berlarian di
taman belakang.
Dia melongo ke luar jendela untuk
mencari tahu,,,
“ Mereka sudah pulang,,,” ucap Anjani
tak bersemangat dan hanya mengamati sampai saat Petr menoleh ke arahnya dia
langsung menarik diri.
“ Kenapa dia menoleh? Jangan sampai dia
tahu,,,” ucapnya berbisik seolah takut Peter dapat mendengar padahal meski dia
bicara lantang Peter atau Annisa tidak akan mendengr.
“ Tidak,,, dia tidk mungkin tahu,,,”
Anjani kembali menoleh untuk mengintip
dan Peter sudah kembali asyik dengan Annisa. Anjani tersenyu lega,,,
“ Bocah aneh itu,,, mana mungkin dia
melihatku,,,”
(^__^)
Malam terasa dingin ketika tetes air hujan mulai menyirami bumi. Berbanding
terbalik dengan kehangatan yang terasa di ruang makan. Anjani tak henti-henti
tersenyum mensyukuri kebahagiaannya,,, meski tidak bersama orang tuanya
sendiri, tapi orang tua Annisa lebih memperlakukannya sebagai seorang anak
dibanding oarang tuanya sendiri.
“ Bagaimana Anjani?? Kau juga menikmati
sekolah barumu,,,” tanya Hendry menoleh ke arah Anjani. Anjani tersenyum “
Tidak jauh berbeda dari Annisa,,, di sana menyenangkan,,,”
“ Syukurlah,,,” sahut Hendry
“ Annisa,,, kau harus menjaga adik
sepupumu ini ya,,,” Eliza berpesan pada anknya. Annisa mengangguk “ Iya
Bunda,,, Annisa bakal jadi kakak yang baik untuknya,,, iya kan gadis kecil,,,”
Annisa menoleh ke arah Anjani untuk menggoda.
“ Hei,,, usia kita hanya terpaut
beberapa bulan,,,” Anjani tidak terima
“ Tetap saja aku lebih tua, lagi pula
aku kakak sepupumu,,,”
“ Tapi jangang menyebutku gadis
kecil,,, itu tidak adil”
Annisa tersenyum senang membuat Anjani
kesal “ Baiklah,,, asal kau bersikap manis!” sahutnya. Hendry dan Eliza tertawa
ringan dengan tingkah kedua anaknya itu. “ Anjani, kalau kau membutuhkan
apa-apa,,,jangan ragu untuk meminta,,,” ujar Eliza.
“ Sejujurnya,,, aku ingin pindah
kamar,,,” ucap Anjani ragu.
“ Kenapa?” Annisa angkat suara terlebih
dahulu.
“ Kamarnya membuatmu tidak nyaman?”
tanya Eliza khawatir. Anjani menggeleng “ Bukan karena itu,,, kamar itu sangat
nyaman, lebih dari baik bibi,,,” jelas Anjani, dia tidak ingin menyakiti hati
Eliza,,, bukan karena ketidaknyamanan lantas dia ingin pindah. Hanya saja,,,
“ Lalu,,,”
Eliza ingin tahu alasannya,,,
“ Aku ingin kamar di loteng,,,” ucap
Anjani ragu-ragu.
“ Kau ingin kamar itu?” Hendry angkat
bicara.
“ Iya paman,,,” Anjani mengangguk
“ Kenapa?” Annisa penasaran. Anjani
menoleh pada Annisa “ Entahlah,,, di sana menyenangkan, lagipula di sana
sepi,,, tenang saat aku membaca,,,” jelas Anjani.
“ Kau benar ingin tinggal di sana?”
Hendry memastikan. Anjani ganti menoleh kepada pamannya “ Boleh kan paman,,,?”.
Hendry terlihat berfikir sejenak lalu dia memberi keputuan “ Baiklah,,, besok
paman akan suruh pelayan untuk membersihkannya untukmu,,,”
“ Tidak perlu paman,,, kalau boleh
Anjani tidak ingin merepotkan,,,”
“ Tidak merepotkan,,, lagipula itu
tugas mereka,,,”
“ Iya Honey,,,” Eliza menambahkan
“ Bolehkah Anjani membereskan kamar itu
sendiri,,, bukan karena apa-apa tapi Anjani ingin,,,”. Hendry kembali berfikir
sejenak, mencoba menimbang apa jawaban yang akan dia berikan. “ Baiklah,,,tapi
kau harus bilang jika memerlukan bantuan,,,”
“ Terima kasih paman,,,”
“ Kau bisa mengandalkan kakakmu
ini,,,,” sahut Annisa.
“ Itu pasti,,,”
(^__^)
Ketika istirahat suasana kelas menjadi ramai meski hanya dihuni
sebagian siswa. Annisa baru saja masuk bersama Peter dan duduk di tempat
mereka. Di bangku belakang ada Elang, teman sebangku Anjani,,,
“ Kau menyukai sepupuku?”
Annisa menangkap basah Elang sedang
memandangi Anjani yang asyik mengobrol dengan seorang teman di depan pintu
kelas. “ Ha,,,?” Elang mengalihkan perhatian dari Anjani.
“ Dia sangat cantik,,,” puji Elang
jujur.
“ Lebih dari itu,,, dia mempesona”
ralat Annisa begitu yakin.
“ Yeah,,,” Elang setuju.
“ Just diffirent,,, do not mean that
special,,,” tambah Peter datar mengusik Elang menoleh ke arahnya. “ Really???
Bagimu Anjani biasa saja,,, jantungmu tidak berdegup kencang ketika
menatapnya?” Elang penasaran. Peter ragu harus menjawab apa, lalu dia hanya
menggeleng,,,
“ Lier!” celetuk Eleng kesal
“ Semua cowok tidak mungkin tidak
merasakan itu,,, apalagi saat melihat bibir mereh itu,,, kau tidak ingin
merasakannya???”
“ Tidak,,,” jawab Peter pelan
“ Jaga bicaramu tentang sepupuku”
Annisa mengingatkan. Eleng menoleh ke arah Annisa “ I’am sorry,,, aku hanya
mengungkapkan kekagumanku” ujarnya.
“ Dan kau Peter,,, benarkah kau tidak
menginginkannya??”
“ Ada gadis lain yang menarik
perhatianku,,,,” jawab Peter berusaha terlihat meyakinkan. Diam-diam dalam hati
Annisa mengucap syukur,,, pipinya bersemu merah tanpa dia sadari.
“ Kau keberatan aku tidak sependapat
denganmu?” tanya Peter kesal dan Elang tersenyum “ No,,, aku berterima kasih
untuk itu,,,” Elang bergegas pergi menghampiri Anjani, baginya Peter adalah
ganjalan namun setelah mendengar jawaban lelaki itu Elang yakin untuk mendekati
Anjani.
“ Siapa gadis itu?” tanya Annisa
menggoda.
“ Apa?” Peter langsung berpaling ke
arah Annisa setelah sibuk memandang sinis ke arah Anjani dan Elang. Annisa
tersenyum “ Aku ingin tahu siapa gadis itu?” ulangnya. Pipi Peter bersemu ketika
tersenyum
“ Kau tahu siapa dia,,,”
Annisa bersumpah, senyum itu akan
membuatnya tidak bisa tidur semalaman.
(^__^)
Peter berjalan menggenggam tangan Annisa meninggalkan kelas. Mereka
sedang kasmaran dan di belakangnya Anjani mengikuti dengan kedua tangan dilipat
di dada. Muak menyaksikan sejoli di hadapannya itu.
“ Mau mampir ke tempatku?” tanya Peter
lembut.
“ Oh, maaf,,, aku sudah berjanji
membantu Anjani membereskan kamar barunya” jelas Annisa. “ Anjani,,, kamar
baru?” Peter memastikan dan Annisa mengangguk. “ Dia menginginkan kamar di
loteng,,, bekas kakakku,,,” jelas Annisa.
“ Bolehkah aku membantu?” tawar Peter.
“ Tidak!”
Jawab Anjani tegas berjalan mendahului
mereka.” Aku tidak akan mengganggu,,,” jelas Peter namun bukan kepada Anjani
melainkan kepada Annisa. “ TIDAK!!” sahut Anjani.
“ Anjani,,,” panggil Annisa lembut,
Anjani tahu kalau sepupunya itu memohon. Anjani kesal,,, dia tidak ingin
mengecewakan spupunya itu. Dia berbalik dengan kesal. “ Hanya jika dia tidak
bertingkah menyebalkan,,,” ucapnya mengingatkan lalu dia melangkah lebih cepat
meninggalkan Peter yang tersenyum senang menatap Annisa.
Mereka sudah sampai di rumah dalam setengah jam dan mulai sibuk
menata ruangan, untunglah Hendry sudah menyuruh beberapa orang untuk memasang
kertas dinding dan menata perabotan sehingga anak-anak itu tinggal merapikan
barang-barang pribadi Anjani serta mengatur kembali letak perabotan kamar.
Meski bukan pekerjaan yang berat tetap saja sampai sore menjelang, pekerjaan
mereka baru selesai. Anjani dan Annisa menjatuhkan tubuh mereka di ranjang sedangkan
Peter terduduk di sofa malas.
“ Melelahkan juga ya,,,” celetuk Annisa
“ Barangnya terlalu banyak,,, bahkan
untuk kamar yang sempit ini,,,” sindir Peter dan Anjani melirik sebal ke
arahnya. “ Aku tidak memintamu untuk membantu, ingat kau yang menawarkan
diri!!” balas Anjani mengingatkan.
“ Yeah,,, hanya tidak mengira akan
melelahkan seperti ini,,,”
“ Kau boleh pergi kapan saja!” sahut
Anjani ketus
“ Bisakah sedetik saja kalian tidak
bertingkah menyebalkan?” Annisa angkat bicara. “ Maaf,,,” sahut Peter. “ Memang
seharusnya kau meminta maaf,,,” Anjani menyahut dengan ketus membuat Peter
semakin kesal, dia tadi tidak berniat buruk dengan ucapannya namun Anjani
menanggapinya dengan begitu sinis.
“ Sebaikanya aku pergi,,,” Peter merih
tasnya dan bergegas pergi dan Annisa langsung menatap Anjani kesal namun Anjani
memasang wajah tidak perduli. Annisa bergegas mengejar Peter hingga berhenti di
depan mobil Peter.
“ Maafkan dia,,,” ucap Annisa
“ Yeah,,, untukmu, tapi dia benar-benar
menyebalkan” sahut Peter lalu hampir masuk ke mobil saat Annisa menarik
tangannya. “ Dia ingin minta maaf,,,” ucap Annisa dan Peter memandangnya tidak
percaya “,,, dia juga ingin berterimakasih!”
“ What???”
“ Ya,,, Dia mengajak kita nonton,
tomorrow evening,,,”
“ Aku tidak yakin itu ide yang
bagus,,,”
“ Come on,,,” pinta Annisa dan sejenak
Peter berfikir “ Demi kau,,,” ucapnya memberi keputusan. Annisa tersenyum
bahagia mendengar jawaban itu.
“ May now be,,,”
“ Go home??” sahut Annisa dan dia
mengangguk.
“ Ya,,, hati-hati di jalan,,,” pesan
Annisa dan hatinya rasanya dia melayang saat tiba-tiba Peter mengecup kepalanya
dengan penuh perasaan. Dia tidak percaya ini terjadi,,,
(^__^)
Peter mengenali gadis yang sedang berdiri membelakanginya itu,
dengan yambut ikal terurai, jeket dengan bahan jins yang sama dengan rok mini
yang dikenakan serta sepasang sepatu kest yang merupakan ciri khas gadis itu.
Bagaimana Peter bisa lupa, kemarai dia baru saja ikut membereskan sepatu itu
bersama sepatu-sepatu yang lain. Ya,,, itu Anjani! Tapi dimana Annisa??
“ Kau sendiri?” Peter berdiri
mensejajari Anjani yang langsung menoleh, “Kau juga??” gadis itu balik bertanya
dengan santainya, “ Dimana gadismu?” tanyanya lagi dengan bahasa tidak sopan. “
Benarkan kalimatmu,,, kau harus menghormati sepupumu!” Peter mengingatkan.
“ Dimana kekasimu??” ulang Anjani kesal
“ Dia belum menjadi kekasihku,,, dan
kupikir dia bersamamu” sahut Peter kembali meralat. “ Sudahlah,,, toh kau
menginginkannya,,, dan dia tidak bersamaku!” Anjani menjawab dengan kesal,
tangannya mencari ponsel di dalam tas dan segera setelah dia menemukannya dia
langsung menghubungi Annisa.
“ Kau dimana?”
“ Aku ingin kalian berbaikan,,, dan
kurasa kalian perlu bicara,,,” jelas Annisa lembut. “ Are you crazy??” sahut
Anjani kesal.
“ Please,,, do this for me,,,” pinta
Annisa.
“ Dia tidak akan mau,,,”
“ Katakan aku terlambat,,, karanglah
cerita,,,”
“ Kau ini,,,”
“ Bersenang-senanglah,,,”
Dan Annisa menutup telephonenya, “ Dia
tidak datang,,,” Anjani tidak mau merbohong, apalagi kepada Peter. Ini tidak
akan memberinya keuntungan apapun! “ Kau bercanda? Dia tidak pernah membatalkan
janji begitu saja,,,” Peter tidak percaya.
“ Dia ingin kita berbaikan,,, dan ya,
sepupuku yang gila itu merancang semua ini,,, dia tidak pernah berniat
datang,,,”, Peter tidak percaya Annsa melakukan ini, dia mencari ponsel dan
langsung menghubungi Annisa namun beberapa kali dia mencoba dia tidak
mendapatkan jawaban.
“ Without result,,, dia tidak akan
mengangkatnya!”
“ Baiklah! Kita pulang,,,” putus Peter.
“ What??? Begitu saja?”
“ Kau ingin tetap nonton? Aku ingin
pulang” jawab Peter datar. “ Tidak,,, aku sudah membeli tiket dan kau akan
menemaniku,,,” putusnya. Peter tak habis pikir, gadis itu memaksanya sementara
mereka tahu mereka tidak pernah cocok dan semua ini akan sia-sia “ Kau tidak
berhak memaksaku,,,”.
“ Aku bisa,,, jika kau pulang aku akan
mendekati kedua brandalan itu,,,” arah pandangan Peter mengikuti pndangan
Anjani dan di sana dia melihat dua lelaki dengan dandanan awut-awutan itu
memandang Anjani seolah ingin menikmatinya. Brandalan,,,, begitu Anjani
menyebutnya! Tato dan pearching menghiasi tubuhnya, “,,, dan jika terjadi
sesuatu kepadaku, Annisa tidak akan memaafkanmu!”
“ Kau tidak memberikanku pilihan”
“ Yeah,,, ada pilihan! Menjadi anak
manis atau tidak punya belas kasih”
“ Bagaimana bila kuganti uang
tiketnya,,,”
“ Tidak ada negoisasi,,,”
(^__^)
Tidak ada pilihan lain, Peter tidak mau Annisa membencinya seumur
hidup karena kegilaan sepupunya itu. Dia menemani Anjani dan itu bukanlah
keputusan yang tepat tapiharus dia pilih,,,
“ Kau ingin orang-orang menganggap kita
sepasang kekasih yang sedang
bertengkar?” tanya Anjani ketus saat Peter tidak duduk di sampingnya melainkan
satu kursi setelahnya.
“ Perduli apa pada mereka, lagipula ini
juga kursi yang kau pesan,,,” jawabnya enteng.
“ Aku perduli!”
“ Kemarilah kalau begitu,,,”
“ Bersikaplah manis kepadaku seperti
kepada Annisa,,,” pinta Anjani sembari berpindah tempat duduk di samping Peter.
“ Aku berusaha,,,” sahut Peter santai.
“ Really? I can’t trust,,,” Anjani
sibuk menyamankan posisi duduknya, “ Itu terserah padamu,,,” bisik Peter ke
telinga Anjani. Anjani ingin menjawab namun waktunya habis karena film sudah
dimulai.
“ Mereka gila??” bisik Peter setelah
satu jam film diputar dan Anjani mencoba tidak perduli. Setelah satu jam Peter tidak
memanusiakan dia dan bersikap masa bodoh setiap Anjani mengajaknya cerita.
“ Anjani,,,lihatlah mereka” pinta Peter
“ Apa yang mereka lakukan???”
“ Anjani,,,”
“ He,,,” Peter langsung menarik wajah
Anjani untuk menghadapnya, mereka saling menatap dan Peter bisa menyadari bahwa
hidung mereka hampir bersentuhan. Semua kata yang sudah disusunnya untuk
mencaci Anjani entah menguap kemana. Tiba-tiba dia tidak bisa mengeja satu
katapun.
“ Apa?”
Peter tahu Anjani membentaknya meski
hanya terucap sebuah bisikan yang sangat pelan disertai mata melotot.
“ Mereka,,,” Peter buru-buru menurunkan
tangannya dari wajah Anjani dan menoleh ke arah dua orang di sampingnya. Hanya
sesaat lalu dia menoleh ke arah Anjani. “ Kau tidak bisa melihat, mereka
berciuman,,,” jelas Anjani santai lalu kembali menonton film.
“ Mereka membuatku tidak nyaman,,,”
ungkap Peter “,,, bisakah kita pergi?” ini pertama kalinya Peter melihat orang
berciuman di bioskop, biasanya ketika menonton bersama Annisa dia tidak
menemukan yang seperti ini. Mungkin karena film yang mereka tonton. Biasanya
dia menonton film bergendre remaja,,,
“ Aku ingin tahu akhir ceritanya,,,”
“ Besok aku akan menemanimu lagi untuk
menyakisakan akhir ceritanya asalkan kita segera pergi,,,”
“ No,,,”
“ I will go,,,”
“ Don’t doting,,, you make me cross,,,”
Anjani menoleh ke arah Peter kesal, kesabarannya benar-benar diuji. Peter
sangat menjengkelkan setiap bersamanya. Anjani menatapnya tajam dan moment itu
berlangsung beberap detik sampai Peter berhasil menemukan kata-kata yang tepat.
“ I don’t care,,,”
Peter segera berdiri, dia benar-benar
ingin pergi,,, mendengar suara sepasang kekasih itu membuat telinganya sakit.
Dengan cepat Anjani menarik pergelangan tangan Peter sehingga lelaki itu
kembali duduk di kursinya dan saat dia hampir marah Anjani sudah menarik
kepalanya mendekat. Yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya,,, gadis itu
langsung mencium bibirnya penuh amarah, dia memaksa bibir Peter untuk terbuka
dan melayaninya. Peter bisa merasakan kayu manis dari bibir gadis itu. Anjani
menuntunnya dengan beitu baik,,, Peter berani bertaruh ini bukan pertama
kalinya gadis itu berciuman. Dia sudah sangat pintar,,,,
Tanpa sadar Peter menikmatinya, mereka
saling menguasai! Saling menikmati bibir satu sama lain. Tangan Peter mulai meraih
wajah Anjani dan dengan semangat
mengulum lidahnya di mulut Anjani. Suara lenguhan pelan keluar dari
mulutnya di sela-sela ciuman saat gadis dihadapannya itu mengelus dadanya.
Rasanya dia mencapai puncak kenikmatan.
Dua orang di sampingnya kini terkejut
dan memperhatikan mereka lalu mereka berbisik-bisik. Ciuman itu membuat Peter
melupakan segala hal bahkan Annisa! Sampai tiba-tiba Anjani mengejutkannya
dengan gigitan di bibir bawahnya. Peter reflek menarik diri lalu menatap Anjani
dengan pandangan ‘apa yang baru kita
lakukan?’
Anjani tidak perduli dengan apa yang
terjadi,,, dia tidak ingin memberi jawaban apapun kepada Peter dan memilih
beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Peter masih terdiam dalam ketololan,,,
(^__^)
Malam merangkak menuju keheningan, Anjani tidak bisa memejamkan
matanya, otaknya masih dipenuhi amarah kepada Peter. Kenapa lelaki itu
bertingkah menyebalkan hingga dia harus memberinya pelajaran. Anjani tidak
minta banyak, dia hanya ingin diperlakukan dengan baik!
“ Anjani,,, kau sudah tidur” bisik
sebuah suara setelah pintu kamarnya terbuka. Anjani tahu itu sepupunya.
“ Kemarilah,,,” jawab Anjani. Setelah
perlahan menutup pintu Annisa melangkah dan naik ke atas ranjang langsung
berbaring di samping Anjani.
“ Kukira kau belum pulang,,,” ucapnya
pelan
“ Tenang saja, Peter tidak tahan
bersamaku lama-lama,,,”
“ Bagaimana tadi?” tanya Annisa lalu
dia menguap, dia terlihat sangat mengantuk dan memaksakan diri untuk segera
mendapat cerita “ Dia bersikap baik,,,,”
“ Menyebalkan seperti biasanya,,,”
“ Maaf,,,” senyu Annisa pudar mendengar
jawaban Anjani. Anjani tersenyum “ Jangan khawatir,,, I save the situation,,,”
jelas Anjani namun dalam hati dia meneruskan ‘dengan membungkam mulutnya menggunakan bibirku,,,’
“ Really?”
Annisa kembali menguap, “ Ceritakan
padaku,,,” pintanya seperti anak kecil.
“ Bamaimana kalau besok?”
“ I thirsted for know,,,”
“ But, of those take hours and you must
sleep,,,”
“ Come on,,, aku bisa tahan,,,” tapi
Annisa kembali menguap.
“ Aku tidak yakin,,,”
“ Jangan membuatku tidak bisa tidur!”
pinta Annisa.
“ Baiklah kalau kau memaksa,,,”
Anajani mulai bercerita dari awal dia
datang, bagaimana mereka saling tidak suka satu sama lain. Sangat
menyebalkannya Peter, setiap perdebatan mereka bahkan ketika mereka melihat
sepasang kekasih berciuman dan tanpa Anjani sadari Annisa sudah terlelap dal
mimpinya.
“ Kau sudah tidur?” gumannya pelan dan
saat menoleh sepupunya benar-benar sudah nyenyak. “ And I’am sorry First
cousin,,, aku menciumnya,,,” bisik Anjani begiru pelan seolah takut akan
membangunkan Annisa.
(^__^)
A Beginner's Guide to the Baccarat game | FEBCASINO
BalasHapusBaccarat, 카지노 also called the 메리트카지노 three-card poker, is one of the most popular card games in North America, and the most popular game in Asia. The game 바카라 사이트