Chapter 1
Sebuah mobil berhenti di halaman rumah
Annisa, seorang lelaki berseragam hitam-hitam turun untuk membukakan pintu.
Annisa dan Peter yang sedang bermain di halaman bisa melihatnya, seorang gadis
berambut cokelat panjang bergelombang turun dari pintu belakang mobil itu.
Annisa mengenalnya, gadis itu Anjani,,, sepupunya!
“ Anjani,,,” Annisa segera berlari
untuk menyambutnya, dia begitu merindukan Anjani, mereka sudah lama sekali
tidak bertemu dan sekarang gadis itu berada di hadapannya. Anjani tersenyum,,,
dia merasakan hal yang sama dengan sepupunya itu. Anjani langsung menyambut
Annisa dengan sebuah pelukan penuh kerinduan.
“ You come,,,”
“ Yeah,,, I miss you ,,,”
“ I know,,, first cousin,,,” Annisa
memeluk semakin erat, dia bahagia karena kini tidak akan lagi sendiri.
Sepupunya ini akan menemaninya sekarang, kali ini dia datang tidak hanya untuk
sekedar berkenjung tapi mereka akan tinggal bersama.
“ Aku tahu kau sangat rindu padaku,,,
tapi kau membuatku sulit bernafas” Annisa langsung melepas pelukan itu
mendengar keluhan Anjani “ Sorry,,,” ucapnya. Anjani tersenyum pertanda sebuah
jawaban maaf diterima.
Anjani melihatnya, seorang anak
laki-laki seumuran dengannya masih duduk di ayunan mengamatinya dengan seksama.
Mata mereka saling bertemu sampai Peter mengalihkan pandangan, Anjani kembali
menatap sepupunya,,,
“ Him,,, You’re boy friend?”
Pipi Annisa bersemu merah “ Just a
friend,,,”
“ Tapi kau suka padanya kan?” goda
Anjani
“ Come on Jani,,, kita ini gadis
ingusan yang baru lulus SMA, apa yang kau harapkan dari itu?”
“ Okay,,, tapi kurasa dia sedikit
aneh,,,” bisik Anjani
“ Oh,,, dia hanya sedikit berbeda, tapi
aku berani jamin kau akan senang berteman dengannya,,,”
“ Kita lihat nanti,,,” jawab Anjani
saat paman dan bibinya muncul dari dalam rumah menghampirinya.
“ Hai honey,,,” Eliza langsung memeluk
keponakannya penuh kasih sayang.
(^__^)
Ayah dan ibunya sedang sibuk memamtau pelayan untuk mengatur kamar
Anjani sehingga Annisa bertugas untuk mengajak sepupunya itu bermain bersama.
Annisa tidak merasa keberatan sama sekali karena tanpa disuruhpun dia akan
melakukannya dengan senang hati.
“ Peter,,, kenalkan dia sepupuku yang
sering aku ceritakan, Anjani,,, ini Peter sahabatku,,,” Annisa memperkenalkan.
“ Hai Peter,,,” Anjani mengulurkan
tangannya dan memberikan senyuman termanis pada Peter yang menyambut tangannya.
Annisa berteman dengan bocah aneh ini,,,?
Batin Anjani tidak percaya. Peter memang sangat tampan tapi entah kenapa Anjani
merasa dia aneh dan sulit bergaul. Bagi Anjani, Peter bukan orang yang tepat
untuk dijadikan teman...
Lamunan Anjani terusik ketika Peter
melepaskan tangannya. “ Annisa,,, bisakah kita melanjutkan sektsaku,,,”. Anjani
tidak percaya terhadap apa yang didengarnya, Peter tidak memperdulikannya
bahkan sekedar sebuah sapaan.
“ Sketsa??” Anjani berusaha terlibat
“ Oh,,, Peter suka sekali membuat
gambar sketsa, dia sedang membuat sketsa wajahku,,,”
“ Really,,, ??? bolehkah aku
malihat,,,” ujar Anjani
“ Ya,,,” Anjani mendengar jawaban dari
bibir Peter hanya berupa gumaman, dia terlihat gugup saat memberikan sebuah
buku gambar kepada Anjani.
“ Terima kasih,,,”
“ Bisakah sekarang?” Peter kembali
kepada Annisa.
“ Baiklah,,,”
Annisa duduk di ayunan bersama Peter
yang kembali sibuk mengoreskan pensil pada kertas dan Anjani sibuk
melihat-lihat sketsa yang dibuat Peter. Annisa benar, bocah aneh dihadapannya
ini ahli membuat sketsa...
(^__^)
Seminggu berlalu cepat dan Anjani senang tinggal di rumah itu,,,
dia tidak lagi sendiri seperti saat di rumah. Dia merasa memiliki keluarga yang
sebenarnya dimana mereka selalu bertegur sapa, sarapan dan makan malam bersama,
saling mendengar dan penuh kasih sayang. Annisa adalah anak yang beruntung dan
dia juga merasa berubtung karena dapat turut serta merasakan kebahgiaan itu.
Hanya saja,,, saat Peter muncul diantara mereka! Anjani kembali merasa sendiri,
dia membentengi dirinya dari Peter, baginya Peter adalah tipe orang yang harus
dia hindari tapi Annisa selalu nyaman bersama Peter. Anjani benci itu,,,
“ Kau harus menjauh darinya ,,,”
“ Why???” Annisa penasaran kenapa
Anjani begitu merasa alergi dengan kehadiran Peter diantara mereka.
“ Dia aneh,,, “
“ Dia hanya sedikit,,,diffirent,,,”
Annisa menjelaskan
“ Entahlah,,, tapi yang aku tahu dia
akan menghambatmu,,,” ucap Anjani yakin dan Annisa tersenyum, bukan senyum
mencemooh pandangan Anjani tapi berusaha meyakinkan “ Trust me,,, kau hanya
perlu waktu untuk mengenalnya,,,”
Anjani tersenyum gemas, sangat sulit
untuk meyakinkan sepupunya itu “ Aku sudah mengingatkanmu Annisa,,,” ucap
Anjani menyerah. “ Aku tahu kau ingin yang terbaik untuk sepupumu ini,,, hanya
saja aku nyaman berteman dengannya dan aku yakin nanti kau juga akan merasakan
hal yang sama,,,” jelas Annisa, dia tidak ingin menyakiti sepupunya itu tapi
menjauh dari Peter, dia tidak akan pernah bisa.
“ Never would,,,” jawab Anjani yakin
“ Jangan terlalu yakin,,,”
“ Kau meragukan keteguhan hatiku??”
Annisa tersenyum mendengar pertanyaan
Anjani, sejujurnya dia tidak pernah meragukan keras kepala dan betapa egoisnya
gadis itu. Tidak pernah,,,
“ No,,, tapi aku juga yakin dengan
pesona Peter,,,”
Annisa beranjak meninggalkan beranda
kamarnya dengan kejengkelan yang melanda Anjani yang masih terpaku di sana.
(^__^)
Anjani berlari untuk membukakan pintu kamar setelah mendengar
beberapa kali pintu diketuk. Gadis itu terkejut dengan apa yang dia temukan di
depan pintu,,,
“ Peter,,,” ujarnya
Peter tidak tersenyum sama sekali, dia
terlihat gugup dan itu membuat Anjani kesal,,, “ Ada apa?” tanya Anjani saat tangannya sibuk mengikat
rambutnya, Peter memandanginya dengan aneh,,, setidaknya itu yang ada di
pikiran Anjani saat menangkap ekspresi Peter.
“Aku mencari Annisa,,,”
“ Kenapa kau ketuk kamarku?”
“ Annisa sedang mandi,,, dia bilang aku
bisa bermain bersamamu sembari menunggunya mandi,,,” Peter bahkan tidak berani
menatap Anjani lama, sebentar-sebentar dia mengalihkan arah pandangannya.
Anjani hanya diam menunggu apa yang akan anak itu ucapkan selanjutnya jika dia
tidak memberikan tanggapan.
“ Em,,, bolehkah??? Aku menunggu di
sini,,,” sangat sulit sampai akhirnya Peter bisa mengucapkannya. Anjani
menghela nafas mengalah, dia ingin menolak tapi Annisa akan marah besar jika
dia harus mengusir Peter. Lagi pula hanya sebentar dan mungkin akan bisa
membunuh kebosanannya,,,
“ Masuklah,,,”
Anjani membuka pintu kamar semakin
lebar untuk mempersilahkan Peter masuk. “ Terima kasih,,,” ucap Peter berjalan
masuk lalu duduk di kursi dekat jendela yang langsung mengarah ke kebun bunga
milik ibu Annisa. Menit demi menit berlalu dan Peter tidak angkat bicara
sedikitpun meski sekedar berbasa-basi. Bukan keinginannya berada di sini,
Annisa yang memintanya. Gadis itu mengatakan Peter harus bersosialisasi, dia
ingin Anjani juga dapat bermain bersama ketika dia bersama Peter. Ini karena Annisa
yang memintanya, dia tidak begitu nyaman bersama Anjani,,, ini hanya untuk
Annisa!
“ Kau akan terus membisu dan hanya
mengawasi isi kamarku,,,” gerutu Anjani kesal. Peter menatapke arah Anjani,,,
dia tidak suka dengan tatapan itu, penuh kesinisan. Peter hanya mengangguk.
“ Kau menyebalkan,,, kenapa kau tidak
bisa bersikap hangat kepadaku seperti bersikap hangat kepada Annisa???”
“ Kau,,, itu karena,,, kau bukan
Annisa,,,” jawaban yang begitu jujur dan membuat Anjani kesal, gadis itu
menyilangkan tangannya di dada. “ Kau picik,,, kau pemilih teman ya? Pantas,,,”
“ Kenapa?
“ Pantas kau tidak punya teman,,,”
“ Annisa temanku,,,” jawab Peter polos
“ ,,, cukup dia, dia bisa memahami aku
dan dia selalu ada untukku! Cukup dia saja, aku tidak perlu yang lain”
“ Baiklah,,, aku juga tidak ingin jadi
temanmu!” bentak Anjani kesal
“ Kau menyebalkan!!!” Anjani melempar
boneka elmo ke arah Peter lalu dia bergegas pergi meninggalkan kamar.
(^__^)
Annisa melangkah memasuki kamar Anjani dan dia hanya menemukan
Peter sedang asyik dengan buku sketsanya. Peter menoleh saat menyadari Annisa
datang dan senyumnya mengembang,,, dia sangat tampan dengan rambutnya yang
berantakan. Mata coklatnya begitu mempesona,,,
“ Dimana Anjani,,,??”
“ Dia,,, pergi sebantar,,,” jawab Peter
ragu
“ Kemana?”
Tak ada jawaban,,,
“ Kalian tidak bertengkar kan?” tanya
Annisa curiga
Peter menggeleng,,, “ Dia bilang ingin
ke ruang baca sebentar,,,” Peter kembali berbohong, dia tidak ingin Annisa tahu
dia telah membuat Anjani marah. Annisa akan marah padanya dan Peter tidak
menginginkan itu.
“ Benarkah?”
“ Jika dia marah kepadaku tidak mungkin
dia membiarkanku tetap di kamarnya, dia
pasti sudah mengusirku,,,” jelas Peter.
“ Baiklah,,, aku akan menyusulnya,,,”
putus Annnisa
“ Tidak perlu!” pinta Peter dan dia
segera beranjak menghampiri Annisa. Mereka saling memandang, yang satu menunggu
alasan yang ditunggu masih mencari jawaban. “ E,,, aku sudah cerita kita akan
bermain di taman belakang dan dia bilang akan menyusul setelah selesai dengan
ruang baca,,,,” jelas Peter dan Annisa percaya saja.
“ Kita pergi sekarang?” tanya Peter
sembari mengulurkan tangan untuk menggandeng Annisa dan gadis itu menymbut
sembari mengangguk. Annisa tersenyum begitu bahagia ketika Peter menuntunnya
menuju taman belakang.
Tanganya
menyatu denganku,,,
Terasa
hangat dan menenangkanku,,,
(^__^)
Anjani terdiam menyaksikan kegembiraan Annisa dengan bocah aneh itu
dari jendela loteng rumah. Dia berada di sana setelah dibuat kesal oleh Peter,
dia tidak ingin diganggu dan di sanalah dia saat ini,,, terganggu oleh
keceriaan di taman belakang. Ada rasa iri ketika Anjani melihatnya,,,
Annisa bahagia bersama Peter dan dia
sendiri,,, di loteng, hanya bisa melihat kebahagian sepupunya. Dia benci Peter
karena selalu menyingkirkannya dari Annisa.
“ Dia tidak hanya aneh,,, dia juga
menyebalkan,,,” ucap Anjani kesal.
Anjani mengambil ponsel di saku dan
menghubungi sebuah nomor, terlihat gelisah ketika dia menunggu telephone
dijawab.
“ Papa,,,” senyumnya mengembang saat
itu
“ Semua baik-baik saja?” tanya suara
penuh wibawa itu kebada Anjani
“ Ya,,, disini menyenangkan dan,,,”
Anjani belum selesai bicara ketika
ayahnya memotong “ Baiklah,,, papa harus segera menghadiri rapat,,, Bye
Honey,,,”
“ Ta,,,” Anjani baru akan bicara namun
telephone terputus. Senyumnya memudar namun dia menghubungi nomor yang lain.
Mungkin ibunya akan ada untuknya,,,
Malang
tak bisa ditolak,,,
Beberapa kali dia mencoba namun dia
tidak bisa tersambung, ponsel ibunya tidak aktif. Marah,,, Anjani langsung
membanting ponselnya ke tembok.
Langkah Peter terhenti, dia terkejut
oleh suara benda terbanting,,, jangtungnya bergetar sesaat dan entah mengapa
dia langsung menoleh ke arah loteng rumah Annisa. Sesaat dia termenung, dia
hanya berhalusinasi. Tidak terjadi apa-apa di sana. Meskipun ada barang jatuh
atau terbanting, manamungkin dia mendengar, jaraknya terlalu jauh dan dia tahu
manusia memiliki kemampuan mendengar dalam jarak terbatas.
“ Peter,,,”
“ Sesuatu terjadi?” Annisa
menghampirinya “ Kenapa tiba-tiba berhenti” gadis itu menyentuh pundak Peter
berusaha menguatkan. Sesaat Peter masih
linglung sampai dia bisa menguasai diri, hatinya merasa tidak enak tiba-tiba
tapi mungkin ini tidak nyata dan dia tidak akan membiarkan Annisa khawatir.
“ Peter,,,”
Peter menoleh ke arah Annisa lalu tersenyum
“ Aku hanya kelaparan,,,” ucapnya, dia tidak berbohong karena kali ini di
benar-benar merasa lapar. Ekspresi khawatir di wajah Annisa langsung berganti
senyum lega “ Baiklah, ayo kita makan,,, hari ini pelayan membuat pai blueberry
yang sangat lezat,,,”
“ Aku tidak sabar menyentapnya setelah
makan,,,”
Mereka melangkah menyusuri jalan
setapak di kebun bunga menuju rumah.
“ Pasti enak,,,”
“ Sangat enak”
(^__^)
Saat Annisa sedang menikmati makan siangnya bersama Peter di meja
dapur Anjani muncul dengan wajah lusuh. Annisa langsung beralih pada sepupunya
itu “ Kenap kau tidak menyusul?” protesnya. Anjani tidak memberi respons, dia
tidak tahu apa maksud pertanyaan Annisa.
“ Peter bilang kau akan menyusul kami
setelah dari ruang baca,,,” ujar Annisa memperjelas. Anjani langsung menoleh ke
arah Peter yang hanya diam tidak menoleh ke arahnya. Dasar pembohong,,, caci Anjani dalam hati.
“ Anjani,,,”
Anjani menoleh kembali pada Annisa “
Jawab aku,,,” pinta gadis itu dengan lembut. “ Maaf,,, aku lupa,,,” jawab
Anjani beranjak untuk mencari minum di dalam kulkas. “ Kau selalu begitu,
buku-buku itu membuatmu lupa dan tak perduli apapun,,,” gerutu Annisa saat
Anjani duduk di sampingnya membawa segelas air putih.
“ Kau tahu itu Annisa,,, buku adalah
satu-satunya temanku, cukup buka saja dan aku tak perlu yang lain untuk
mengusik kesepianku,,,,” entah kenapa Anjani ingin mengusik Peter, kalimat itu
dia ucapkan untuk menyindir Peter,,
Annisa menoleh ke arah sepupunya itu
untuk memprotes bahwa dia tidak benar, dia masih punya sepupu yang akan selalu
menjadi teman baiknya dan dengan senag hati mengusir kesepian itu. Tapi, niat
itu berubah saat dia melihat mata Anjani,,,
“ Kau menangis,,,?” tanyanya
Peter terkejut mendengar pertanyaan itu
dan langsung menoleh menatap Anjani. “ Tidak,,,” ujar Anjani tapi Annisa tetap
menatapnya tidak percaya “ ,,, Ya, aku menanggis” jawab Anjani akhirnya.
“ Hanya karena sebuah buku dengan
cerita yang menyakitkan,,,” tambah Anjani berusaha meyakinkan. Dia harus
berbohong, dia tidak ingin Annisa tahu tentang orang tuanya yang tidak perduli
kepadanya,,, dia tidak ingin terlihat tidak berdaya dihadapan sepupunya itu.
Apalagi disana ada Peter!
Tidak akan,,,
“ Trust me,,,” pinta Anjani.
“ Pasti ceritanya sangat sedih??” tanya
Annisa, dia percaya saja karena yang dia tahu Anjani adalah gadis dengan hidup
sempurna dan tanpa masalah.
“ Ya,,, tentang seorang gadis yang
memendam cinta dalam hati dan dia harus menjual diri untuk menyelamatkan lelaki
yang dia cintai. Tapi yang dia dapatkan hanyalah penghinaan dan lelaki itu
meninggalkannya dalam keterpurukkan,,,” Anjani bercerita dengan ekspresi pilu.
“ Ya,,, itu sangat menyedihkan” ucap
Annisa “ Benar kan Peter?” Annisa menoleh pada Peter, diikuti Anjani yang
menatap sinis kepadanya.
“ Benar,,,”
“,,, itu kisah yang tragis” jawabnya
pelan.
(^__^)
Casino Junket - South Sudan - JTG Hub
BalasHapusThe casino 출장샵 is a 광양 출장마사지 member of the South African Gambling Commission, 군포 출장마사지 and 성남 출장마사지 is operated by 동해 출장안마 the Gambling Commission of the South African Gambling